Categories
reviu

Go-Jek Disayang, Go-Jek Dilarang

Ojek online (ojol) bernama Go-jek sedang booming. Saya juga sempat merasakan manfaat jasa mereka. Malam itu, kedua driver Go-jek tampil bak pahlawan bagi kami.

Tongkrongan Gojek Driver. Kreatif dengan navigasi Android terpajang di spionnya. (photo by Brahm)

Sepulang dari silaturahim ke rumah saudara di Sidoarjo, kami mencegat elf malam itu. Keneknya bilang, pemberhentian terakhir adalah Terminal Joyoboyo. Kami pun naik. Rencananya, kami berhenti di Dolog, dan melanjutkan dengan becak atau jalan kaki ke rumah. Namun sekeluarnya dari Terminal Bungurasih, elf berhenti. Dengan enaknya, kenek itu menyuruh semua penumpang oper ke mikrolet di belakang. Kampret!

Lebih kampretnya lagi, mikrolet yang dia tunjuk sudah setengah penuh. Kami yang membawa batita yang tidak bisa diajak jalan cepat dan berdesak-desakan akhirnya tidak mendapat tempat. Mikrolet segera penuh diisi lungsuran penumpang elf. Sementara, elf tadi cabut begitu saja. Disusul oleh mikrolet itu.

Jadilah kami melongo di pinggir Jalan Raya Waru. Aku ra popo….

“Terus gimana?” tanya istri saya.

Saya mengambil napas panjang. Mau naik angkot lain, pasti bayar lagi. Sudah begitu, kami pasti nanti tetap harus naik becak atau jalan lagi beberapa ratus meter untuk sampai rumah. Sudahlah, saya memutuskan, “Naik Go-Jek lagi!”

Berangkatnya tadi, kami juga naik Go-Jek. Selain memanfaatkan tarif flat 10.000 ke jarak maksimal 25 kilometer, saya juga ingin mengetes, apa Go-Jek driver (eh, bukannya seharusnya rider?) mau mengantar sampai luar kota? Ternyata mau. Yang bermasalah pulangnya. Di peta Sidoarjo, khususnya dalam radius 3-5 kilometer dari posisi kami, tidak terdeteksi satu pun driver Go-Jek. Sampai kami memutuskan naik elf kampret tadi.

Tujuh menit sejak order melalui aplikasi ponsel, datanglah seorang pengemudi Go-Jek. Saya bilang untuk menunggu satu driver lagi, karena kami pesan dua unit. Orang itu mengangguk dan menepikan motornya. Baru 15 menit kemudian, datanglah Go-Jek kedua.

Lega! Malam itu, kedua sopir tersebut tampil bak pahlawan bagi kami. Tepatnya, pahlawan berkostum hijau, hahaha….

Maksimal Memanfaatkan Go-Jek

Secara sederhana, Go-Jek adalah jasa pengantaran orang atau barang yang dipesan melalui aplikasi smartphone. Ada empat jenis layanannya:

  • Go-Ride. Ini yang sering saya gunakan. Seperti ojek biasa yang bisa mengantarkan Anda ke tempat tertentu yang berjarak maksimal 25 kilometer.
  • Go-Send. Jasa kurir dalam kota. Kalau pun tujuan pengirimannya luar kota, paling-paling hanya bisa kota-kota tetangga yang masih dalam radius 25 kilometer.
  • Go-Food. Daripada keluar kantor panas-panas atau hujan-hujan untuk makan siang, kenapa tidak minta tolong Go-Jek untuk membelikannya? Go-Jek akan menalanginya, setelah itu menagih Anda saat makanan tiba.
  • Go-Mart. Belanja barang apa saja bisa, asalkan nilainya tidak melebihi satu juta dan barangnya masih masuk akal diangkut dengan motor biasa. Ada agen beras murah sekitar 11 kilometer dari rumah saya. Tapi repot dan malas rasanya kalau saya pergi ke sana sendiri, karena ribet mengangkatnya (saya belum punya mobil). Saya pun memanfaatkan layanan Shopping Go-Jek untuk membeli 12 kilogram beras. Jasanya dibayar dengan Go-Jek Credit, sedangkan berasnya dibayar tunai di rumah.
  • Go-Box. Jasa pengangkutkan dan antar barang kelas berat. Armadanya adalah mobil boks, pickup bak, dan truk engkel. Cocok buat yang mau pindah rumah atau kos-kosan.
  • Go-Glam. Ini layanan salon dan perawatan, seperti pangkas rambut, manicure-pedicure, hingga make up. Pas untuk Anda yang hendak menghadiri undangan resepsi pernikahan, wisuda, dan sebagainya, tapi tidak ada waktu. Tentu yang datang ke rumah Anda nanti bukan driver biasanya itu, melainkan tenaga ahli kecantikan.
  • Go-Clean. Jasa bersih-bersih rumah, kantor, maupun gudang. Paket-paketnya bermacam-macam: menyapu dan mengepel, membersihkan kamar mandi, mencuci perabotan dapur, dan sebagainya. Susuai untuk yang malas bersih-bersih atau tidak punya waktu, tapi tidak merasa butuh merekrut ART.
  • Go-Massage. Ya, Go-jek juga melayani aneka pijat. Mulai dari refleksi, sampai beragam pijat kesehatan lainnya. Hm, pijat Thailand bisa nggak, ya?

Tampilan Aplikasi Go-Jek.

Dengan aneka jasa ini, rasanya Go-jek berusaha seperti Facebook di ranah media sosial: menjadi serbabisa dan serbaada. Ia pun nantinya tidak lagi diidentikkan dengan ojek. Saya sebagai konsumen senang-senang saja dengan inovasi seperti ini. Semoga berhasil!

BTW, Anda ingin mencoba salah satu layanan Go-Jek di atas? Anda harus memiliki smartphone Android atau iPhone yang masih memiliki storage atau internal memory setidaknya 7 MB dulu. Kemudian, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini:

  1. Aktifkan paket data atau internet di ponsel Anda.
  2. Buka Google Play Store (untuk Android) atau Apple Store (untuk iPhone). Cari aplikasi Go-Jek di sana dan pasanglah (install).
  3. Buka Go-Jek Apps tersebut, lalu mendaftarlah (sign up). Masukkan nama, email, dan nomor ponsel Anda.
  4. Klik logo dompet (Wallet) atau Go-Jek Credit. Di sana Anda akan melihat saldo/deposit/credit Anda Rp0.
  5. Di kolom voucher paling bawah, masukkan kode 543570743 untuk mendapatkan bonus credit Rp50.000. Kode ini hanya berlaku jika Anda benar-benar pertama kali menggunakan aplikasi Go-Jek.
  6. Klik Refresh, Go-Jek Credit Anda sudah menjadi Rp50.000. Manfaatkan langsung untuk menjajal sensasi memesan jasa ojek modern ini.

Tarif Go-Jek

Selama masa promo, berlaku harga flat Rp10.000 untuk jarak di bawah 25 kilometer, dan berikutnya Rp4.000 per kilometer. Tarif normal Go-Jek Rp25.000 untuk 5 kilometer pertama, dan berikutnya Rp4.000/km. Lebih murah dari taksi, becak, bahkan mungkin ojek konvensional.

Pembayarannya? Bisa dengan mengurangi Go-Jek Credit, menggunakan Corporate PIN (untuk perusahaan yang sudah berlangganan), atau bayar tunai ke Abang Go-Jeknya. Credit bisa diperoleh dengan memasukkan kode voucher 543570743 (berlaku sekali saja) atau Anda mentransfer ke rekening bank Go-Jek dengan nominal minimal 100.000.

Kenapa Ojol Ngetren 2015 ini?

Helm khas Go-Jek. (photo by Brahm)

Saya rasa, pertama, karena jasanya inovatif-solutif. Kapan lagi pesan ojek lewat aplikasi Android atau iPhone, coba? Yang sudah begitu paling-paling taksi seperti BlueBird. Itu pun berikutnya dilanjutkan dengan sistem argo biasa.

Kalau Go-Jek berbeda. Di aplikasinya, sudah ada peta, jarak menuju destinasi terbaca, sehingga ongkosnya transparan di depan. Tidak usah cemas memperhatikan argo. Tidak perlu menghabiskan ludah untuk tawar-menawar. Tidak repot-repot pula jalan ke pangkalan ojek, biarkan tukang ojeknya datang sendiri. Pembayarannya pun bisa cashless.

Di samping itu, jam pelayanan Go-Jek jauh lebih lama (24 jam), pengemudinya ramah (diajari hospitality), dan taat aturan (selain dipinjami helm penumpang juga diberi masker dan penutup rambut).

Faktor kedua, armada Go-Jek ada banyak. Setahu saya, ada sekitar 500 driver di Surabaya saja. Yang sedang masa training jumlahnya malah mungkin ribuan. Angka ini akan terus digenjot untuk memastikan penumpang mendapat pelayanan cepat di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bali, dan Makassar.

Go-Jek sebenarnya bukan satu-satunya. Ada GrabBike yang layanannya mirip. Ada pula Jeger Taxi, ojek bermeter. Konsepnya seperti taksi: ada argo yang langsung nyala begitu jok penumpang diduduki, dan motornya disediakan (sehingga pengemudinya harus pegawai, bukan freelancer seperti Go-Jek atau GrabBike).

Kalau Go-Jek dan GrabBike dipesan lewat aplikasi ponsel, Jeger Taxi bisa dipanggil lewat hotline telepon, WhatsApp dan BBM. Namun, Jeger Taxi dan GrabBike kurang happening lantaran mereka hanya muter-muter di Jakarta.

Ketiga, pengojeknya untung. Mencari penumpang tidak perlu mangkal atau ngider. Cukup sediakan ponsel Android dan aplikasi Go-Jek Driver, itu pun dikasih oleh perusahaan, plus koneksi internet. Begitu ada calon penumpang di sekitar Anda order, cepat-cepatlah menekan tombol “Pick Up” sebelum keduluan driver lain. Lalu, telepon atau SMS calon penumpang itu untuk mengonfirmasi pesanan.

Ini bisa dilakukan di rumah, kampus, atau di manapun. Seperti Clark Kent yang tiba-tiba mendengar orang minta tolong, Anda bisa langsung ganti kostum dan menolongnya. Bedanya, Clark Kent tidak dibayar saat bertugas sebagai Superman. Sedangkan driver Go-Jek mendapat komisi.

Lagi sibuk? Malas ngojek? Matikan saja internetnya, supaya tidak dihubungi server. Takkan ada sanksi kok dari pihak Go-Jek. Paling-paling, penghasilan tidak bisa maksimal.

Omong-omong, berapa sih penghasilan driver Go-Jek?

Saya tahu sendiri dari salah seorang driver yang mengantar saya pulang. Begitu tiba di rumah saya, dia menombol “Selesai” di aplikasi Androidnya. Pengemudi itu semringah memamerkan penghasilan yang langsung tertransfer ke rekening ponselnya (Bank Niaga). Dia memperoleh Rp 52.000 atas jasanya mengantarkan saya sepanjang 18 kilometer. Itu sudah penghasilan bersih, tidak dipotong-potong lagi oleh perusahaan.

Padahal, saya cuma membayar Rp 10.000! Barulah saya tahu, meskipun masa promo, bukan berarti honor driver ikut didiskon. Berarti, perusahaan tekor dong? Kok mau? Sabar, saya akan terangkan alasannya sebentar lagi.

Yang jelas, menurut pengakuan driver tersebut, pagi sampai sore, biasanya dia memperoleh enam pelanggan. Coba hitung, 6 x Rp 50.000 = 300.000 per hari. Harusnya, mudah sekali dia memperoleh penghasilan setidaknya 6.000.000 per bulan.

Keempat, pelanggan sering dimanjakan tarif promo. Dengan begini, Go-Jek berhasil menyenangkan kedua pihak: pengemudi dan pelanggan. Akibatnya, dengan senang hati, keduanya menyebar-nyebarkan pengalaman asyik ini. Contohnya saya melalui blog ini. Jadi, wajarlah bila tanpa iklan jor-joran, Go-Jek tetap makin kondang.

Bujet iklan mereka alihkan untuk menutup biaya operasional masa promo. Itulah alasan Go-Jek mau tekor tadi. Ini strategi untuk membangun loyalitas brand. Lagi pula, hari gini, siapa yang peduli iklan? Sebagus apapun sebuah iklan, memenangkan festival apapun, tidak akan bermanfaat riil bagi saya! Kalau Go-Jek memperpanjang tarif flatnya, itu baru bermanfaat bagi saya (konsumen).

Kelima, Go-Jek dimusuhi. Ketika orang dimusuhi secara tidak adil, kita cenderung bersimpati pada korban, bukan? Lho, siapa yang memusuhi Go-Jek? Ya kompetitornya: pengojek pangkalan. Banyak sudah beredar berita pengemudi Go-Jek tanya jalan tidak dijawab, malah diancam, diusir (sampai ada spanduk besar “Go-Jek dilarang mengambil penumpang di daerah ini!”), ditabrak, sampai dipukuli.

“Mereka iri pada penghasilan dan sistem canggih Go-Jek, Mas. Tapi anehnya, disuruh gabung nggak mau,” gerundel Sugeng Santoso, driver yang pernah mengantarkan saya. Dia pernah melihat driver Go-Jek dikeroyok di Stasiun Gubeng.

Kasus semacam ini banyak terjadi, apalagi di Jakarta. Sehingga kalau sedang menjemput pelanggan di daerah terlarang, mereka terkadang merasa perlu membalik jaketnya dulu dan tidak menggunakan helm Go-Jek.

Maka, bila suatu saat pengojek Anda tidak mengenakan jaket atau helm Go-Jek, jangan buru-buru mencurigainya. Tanyakan saja mana ponselnya, lalu intiplah aplikasi Go-Jek Driver-nya. Jika di sana ada nama Anda, berarti itu pengojek yang benar. Di aplikasi Go-Jek ponsel Anda pun seharusnya ada nama dan foto si driver. Cocokkan saja wajahnya.

Kelemahan Go-Jek sebagai moda transportasi

Bagaimanapun, Go-Jek bukan tanpa kelemahan. Ada setidaknya delapan kekurangan sistem yang dibangun oleh Nadiem Makarim ini, menurut saya. Satu, Kendaraannya berupa motor. Maka bersiaplah terkena panas, hujan, debu, angin, hujan dan sebagainya. Meski Go-Jek mengantisipasinya dengan memberikan masker mulut, penutup kepala, serta meminjamkan jas hujan. Daya angkutnya juga terbatas.

Jadi, bagi Anda yang membawa tas-tas besar, misalnya mau ke bandara, harus menyewa dua Go-Jek. Apalagi kalau yang mau pergi lebih dari satu orang, bisa-bisa konvoi Go-Jek! Dalam kasus ini, saya menyarankan panggil taksi saja, lebih efisien.

Dua, butuh koneksi internet, pemahaman dasar tentang internet dan smartphone. Tidak punya smartphone? Belilah Android atau iPhone. Belum terkonek internet? Belilah paket data. Gaptek soal smartphone dan dasar-dasar internet? Belajarlah dulu. Jangan booking Go-Jek asal-asalan atau trial & error, karena berpotensi merugikan diri sendiri dan si Abang Go-Jek.

Tiga, alamat susah dimasukkan. Ini problem yang sama dengan penggunaan Google Maps. Ketika alamat yang Anda cari tidak begitu populer, butuh kerja keras untuk mengira-ngira titik koordinatnya. Atau, setidaknya Anda harus tahu letaknya (dan kemudian mengklik/mengetuk tempat itu di peta). Kalau itu juga Anda tidak tahu, selamat berputar-putar bersama Abang Go-Jek!

Eugenie Patricia yang sempat diduga Go-Jek Driver. Kalau betulan, wah, Go-Jek bisa tambah laris!

Empat, tidak bisa memilih motor atau driver. Lupakan bila Anda fanatik dengan motor matik dan ingin memesannya. Lupakan juga bila Anda ingin dibonceng Eugenie Patricia. Selain karena sistemnya tidak memungkinkan, Eugenie Patricia juga bukan driver Go-Jek, hehehe….

Semua order Anda sifatnya untung-untungan. Bahkan mendapat motor lusuh yang berisik dan tempat duduknya tidak nyaman pun bisa saja. Saya pernah mengalaminya. Kemudian, itu saya tulis di review (pada aplikasi) begitu sampai di tujuan. Feedback semacam ini bisa dipakai Go-Jek untuk menegur si pengemudi. Ratingnya juga berguna sebagai pemeringkatan di kalangan para driver.

Lima, tidak memungkinkan ke banyak destinasi. Tidak boleh Anda merencanakan ke rumah teman, lalu pergi ke mal dengan ojek yang sama. Karena di aplikasinya hanya ada satu kolom asal (origin) dan satu kolom tujuan (destination).

Atau, bisa juga mampir-mampir jika kedua tempat itu tidak jauh, dan mampirnya cuma lima menitan. Saya pernah minta driver mampir di Toga Mas yang menyimpang 300-500 meter dari destinasi. Dia mau. Karena saya juga tidak berlama-lama. Hanya beli majalah sebentar.

Enam, untuk layanan Shopping atau Go-Food, repot kalau barangnya tidak ada. Jika barang itu habis, tokonya tutup, atau lainnya, Anda harus menyiapkan alternatif barang di dekat-dekat sana. Atau meng-cancel order Anda. Tapi kalau di-cancel, sebenarnya kasihan driver-nya, sudah berusaha melayani tapi tidak mendapat apa-apa.

Tujuh, aplikasinya kadang bermasalah. Jika server Go-jek bermasalah, akan muncul beberapa hal “lucu”. Contohnya, driver yang jalan sendiri ke destinasi, padahal Anda belum dijemput. Order tapi tidak kunjung ditemukan driver-nya, padahal Anda lihat di peta ada banyak Driver Near Me. Dan sebagainya.

Jangan buru-buru mengklaim Go-Jek mengecewakan. Memang, selain server bermasalah, ada kemungkinan driver-nya yang berulah. Ya, saya mendengar cerita dari driver sendiri, bahwa banyak juga di antara mereka yang curang atau nakal. Namun, ada juga kemungkinan, Anda sendiri yang tidak mengordernya dengan benar.

Delapan, Go-Jek adalah transportasi umum yang tidak resmi. Kalau Pemerintah mempermasalahkannya, bisa saja Go-Jek dibuat kolaps. Sebab, ada yang bilang, mendukung moda-moda tak resmi seperti Go-Jek berarti menyumbang andil untuk membuat lalu lintas kita semakin amburadul.

Namun, menurut saya, justru Go-Jek tergolong armada yang tertib. Atribut-atribut kendaraannya lengkap, gaya mengemudinya pun tidak ugal-ugalan. Justru ojek-ojek pangkalan itu yang perlu disorot. Sudah tidak resmi, tidak tertib pula.

Angkutan-angkutan resmi sekalipun bukan jaminan! Sudah lama saya tidak bersimpati dengan armada-armada berplat kuning. Mereka menaikturunkan penumpang seenaknya, kadang jalannya ngebut kesetanan, kadang pelan seperti siput, bahkan berhenti lama (ngetem). Duduk di dalamnya pun tidak nyaman: kendaraan sudah penuh masih juga mencari penumpang.

Yang seperti ini tak pernah ditertibkan. Yang bandel tak pernah disanksi tegas. Mereka inilah sejatinya yang mengacaukan lalu lintas kita! Bukan Go-Jek.

Dari sudut pandang konsumen, sudah jelas jasa mana yang perlu didukung dan jasa mana yang kita pakai hanya jika terpaksa. Pengalaman saya di awal tulisan hanya satu di antara sekian kekecewaan saya terhadap angkutan umum di Indonesia. Aduh, kapan transportasi massal di Indonesia bisa serapi di Eropa atau di Singapura ya?

Barangkali Tertarik Menjadi Driver Gojek

Melihat potensi pendapatannya, terus terang, saya sebenarnya tergoda juga untuk menggojek. Apa daya, saya tidak kuat panas dan tidak hapal jalan, diperparah dengan kurang terampil membaca peta. Jadi ya, pass saja deh. Tapi, menarik lho apa yang akan diperoleh pengemudi Go-Jek itu:

  • Honor mengantarkan penumpang atau barang, dengan sistem bagi hasil 80% untuk pengemudi dan 20% untuk perusahaan.
  • Smartphone Android yang telah diinstal aplikasi Go-Jek Driver.
  • Dua helm dan dua jaket Go-Jek.
  • Lima puluh ribu untuk internet (berkoordinasi dengan server) dan pulsa (berkomunikasi dengan pelanggan), hanya diberikan sekali.
  • Rekening Go-Jek 100 ribu (untuk modal menalangi bila pelanggan memesan barang atau makanan), hanya diberikan sekali.
  • Stok masker dan penutup kepala.
  • Bonus Rp 50.000 seandainya seorang driver hari itu berhasil menyelesaikan 10 order (jumlah target tidak pasti, tergantung kota masing-masing).
  • Asuransi kecelakaan untuk pengemudi, penumpang, dan barang.

Ada lho driver Go-Jek yang penghasilannya 11 juta per bulan. Tapi entah apa masih bisa segitu ketika nanti jumlah pengemudi Go-Jek semakin banyak. Yang jelas, kalau mau menikmati momen emas sebagai Go-Jek Driver, sekaranglah saatnya! Jangan khawatir, jam kerjanya fleksibel kok. Semau gue! Tapi untuk bisa direkrut, tentu harus lolos seleksinya dulu. Berikut ini syarat-syaratnya:

  1. Pria atau wanita berumur maksimal 55 tahun, dengan pendidikan terakhir SMP.
  2. Fotokopi KTP, STNK, SIM C, KK.
  3. Surat Keterangan Domisili, jika KTP dan tempat tinggal berbeda.
  4. Jaminan asli BPKB / Ijazah terakhir / KK / Akta Kelahiran / Buku Nikah.
  5. Wajib bersepatu dan membawa motor saat seleksi.
  6. Lulus training serta seleksi dengan materi mengemudi, hospitality terhadap pelanggan, dan penggunaan Android.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi lokasi training terdekat:

Gojek Jakarta
Gedung AKA
Jl. Bangka Raya 2
Telepon (021) 7251110

Gojek Depok
Jl. M. Yusuf No. 9, Mekarjaya
Telepon 081 293 260 862 / 087 782 587 147

Gojek Tangerang
Jl. Raya Serpong KM 7 64
Lampu Merah Gading Serpong, Depan Toko Cat Warna Abadi/Indomaret
Telepon 081 288 148 346 / 081 288 148 347

Gojek Bandung
Ruko Paskal Hypersquare
Blok A-9, Pasir Kaliki
Telepon (022) 86060632

Gojek Surabaya
Jl. Raya Jagir Wonokromo 100
Ruko Mangga Dua Jagir Blok B 5 no 8, Wonokromo
Telepon (031) 8474970

Gojek Bali
Waterbom Kuta
Jl. Kartika Plaza, Tuban
Telepon 087 861 961 294 / 081 236 612 894

Gojek Makassar
Kompleks Ruko
Jl. AP Pettarani Makassar
Telepon

Garis bawahi juga bahwa pengemudi Go-Jek harus menyediakan motor yang prima, membiayai bensin dan perawatan motor sendiri. Plus, harus selalu sedia pulsa untuk menghubungi pelanggan dan internet supaya tetap terkonek dengan server Go-Jek.

Eh, panjang juga ya tulisan saya ini! Sudah, ah. Selesai saja. Sebagai penutup, saya ucapkan selamat menikmati Go-Jek! Baik sebagai penumpang maupun driver.

By Brahmanto Anindito

Penulis multimedia: buku, film, profil perusahaan, gim, podcast, dll. Bloger. Novelis thriller. Pendiri Warung Fiksi. Juga seorang suami dan ayah.

18 replies on “Go-Jek Disayang, Go-Jek Dilarang”

Sepertinya kompetitor GoJek bukan tukang ojek aja. Cowok-cowok yg lagi PDKT juga sering gagal ngasih tumpangan gara-gara gebetan lebih suka di bonceng GoJek T_T
Keren tulisan sampean mas bram 😀

Mo tanya neh gan ane lahir dan bsar djakarta dr brojol ampe detik neh desember 2015 memiliki motor berplat daerah sim c daerah jg stnk daerah apakah bsa to jd driver gojek diwil hukum jakarta to yg tau bsa brikan pencerahannya…
Via von 085921270512
Email armanmahardcom 32@gmail.com
Thankz…

Mo tanya neh gan ane lahir dan bsar djakarta thun 78 dr brojol ampe detik neh desember 2015 dan memiliki motor berplat daerah sim c daerah jg stnk daerah apakah bsa to jd driver gojek diwil hukum jakarta to yg tau bsa brikan pencerahannya…
Via von 085921270512
Email armanmahardcom 32@gmail.com
Thankz…

Mo tanya neh gan ane lahir dan bsar djakarta thun 78 dr brojol ampe detik neh desember 2015 dan memiliki motor berplat daerah sim c daerah jg stnk daerah apakah bsa to jd driver gojek diwil hukum jakarta to yg tau bsa brikan pencerahannya…
Via von 085921270512
Email armanmahardika32@gmail.com
Thankz…

medan baru ada,…. tapi dah ribuan go-jek nya….
menambah persaingan antara go-cak ( ojek becak ) yang ada di medan.
go-jek vs go-cak wah mantap….. ada saran gak mas bram….

Leave a Reply to arie Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Maaf, tidak bisa begitu

Index