Lokasi candi ini agak menyulitkan. Kami harus melintas persawahan dan perkampungan, juga bolak-balik bertanya ke penduduk setempat arah yang tepat. Jalan-jalannya pun agak sempit. Sehingga, sebaiknya jangan coba-coba mengunjungi Candi Bangkal Mojokerto dengan mobil.
Situs Candi Bangkal berada di selatan Kali Porong. Candi ini dikepung oleh lahan persawahan, kecuali di sisi baratnya yang dipenuhi rumah-rumah penduduk.
Area candi dikelilingi oleh pagar dengan akses pintu masuk di sebelah barat. Pagar itu setengah tertutup saat kami tiba. Apakah belum buka? Pagi itu, sekitar pukul 7. Ah, sudah jauh-jauh kemari, saya pun nekat masuk.
Ternyata, loketnya memang belum buka. Tidak seorang pun di sana. Saya langsung saja memarkir motor di samping pos jaga, dengan harapan penjaganya bisa mengetahui kehadiran kami ketika datang nanti. Lalu, kami langsung menjujuk bangunan candi utama.
Arsitektur Candi Bangkal
Candi yang telah lolos verifikasi sebagai cagar budaya ini berbentuk segi empat. Di kaki candinya (bhurloka), ada anak-anak tangga menuju bilik utama (garbhagriha). Di atas pintu bilik tersebut, terdapat hiasan kala (barong).
Bagian batur (alas) dan tubuh candi terdapat hiasan yang berbentuk salib Yunani, entah apa makna simbol ini. Sementara di bagian atap candi (svarloka), terdapat menara-menara berbentuk kubus.
Pada sisi utara candi, kita melihat tiga makam dengan kanopi cungkup. Menurut masyarakat setempat, itulah makam tokoh-tokoh yang dulu membabat alas daerah Bangkal, yaitu Mbah Ngadimun, Ki Ageng Musyarofah (istrinya), dan Abdul Salam (anaknya). Di bawah pohon suko, terdapat beberapa antefiks serta blok batu candi.
Ada pula pendopo terbuka dan satu ruangan tertutup untuk meletakkan peralatan mengurus jenazah.
Di depan candi induk, kita melihat candi perwara dan pembatas bata mengelilingi bangunan candi.
Di bawah tangga yang lurus masuk ke pintu candi, dibuat tangga lain yang berada di kiri-kanannya. Jadi, di bagian tubuh candi (bhuvarloka), ada relung selatan, timur, dan utara. Namun, kita hanya bisa masuk ke bilik utama melalui relung sisi timur.
Kata Kiara, tidak ada apa-apa di dalam bilik candi. Hanya gelap, pengap, dan seekor lebah.
Saya sendiri tidak ikut masuk ke sana, karena harus menggendong Akira. Saya takut ada bata yang terlepas sehingga membuat anak saya terpeleset jatuh. Lumayan tinggi, lo, apalagi buat anak-anak. Bagian batur dan tubuh candinya memang banyak yang rusak. Atap candi yang sebelah kiri pun sudah runtuh.
Fungsi Candi Bangkal
Nicholaas Johannes Krom (N.J.) Krom, seorang orientalis, epigrafis, arkeolog, peneliti sejarah awal dan budaya tradisional Indonesia asal Belanda, pernah sekilas membahas keberadaan Candi Bangkal dalam bukunya, Inleiding tot de Hindue Javaansche Kunst (1923). Demikian pula E.B Volger dalam buku De Monsterkop in de Hindoe-Javaansche Bouwkunst yang menjelaskan kepala kala di Candi Bangkal.
Melihat bata merah yang sangat dominan, kuat dugaan Candi Bangkal dibangun pada era Majapahit. Atau setidaknya, peralihan dari era Mataram Kuno, karena beberapa fondasi, undak-undakan, bagian atas pintu, serta ukiran kalanya masih berbahan batu andesit.
Posisi candi yang menghadap barat membuat para ahli memperkirakan ada fungsi keagamaan di sini, kemungkinan untuk memuja Dewa Wisnu. Sedangkan keberadaan Candi Bangkal yang dekat dengan Kali Porong boleh jadi dimaksudkan untuk menolak atau mencegah marabahaya yang datang dari kekuatan alam di sungai tersebut.
Masyarakat sekitar pun masih menganggap tempat ini sakral. Setiap panen, warga setempat menggelar ritual sedekah bumi di Candi Bangkal, plus acara pementasan wayang kulit.
Kondisi Kompleks Candi Bangkal
Terus terang, saya agak terkejut dengan kompleks candi ini yang tampak terawat. Selain relatif bersih, jalan setapak dan tamannya tertata. Untuk ukuran situs wisata yang tidak populer dan sekecil ini, manajemen Candi Bangkal boleh juga. Walaupun, candi induknya sendiri terlihat ringkih.
Candi Bangkal seperti tumpukan batu bata yang asal-asalan dan tidak rapi. Saya tidak mengatakan itu jelek, karena toh tampak artistik juga secara keseluruhan. Hanya, tebersit rasa was-was, “Kalau ada angin kencang atau sedikit gempa, bisakah candi ini tetap berdiri?”
Kunjungan kami ke Candi Bangkal tidak lama. Hanya sekitar 10 menit, lebih singkat dibanding di Candi Barong). Saat kami pulang, pintu pos jaga masih tertutup rapat. Dari jendelanya, saya bisa melihat bahwa belum ada seorang pun di dalam.
Candi Bangkal, Mojokerto
- Alamat: Bangkal, Desa Candiharjo, Dusun Bangkal, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur 61385 (Google Maps)
- Pemilik: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto
- Pengelola: Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto
- Foto-foto: Brahmanto