Categories
reviu

Canon IXUS 185: Mati oleh Air, Hidup Lagi oleh Waktu

Beberapa bulan silam, tepatnya Oktober 2017, saya membeli kamera ini secara daring di Lazada. Harganya 1.375.000, bonus Gorilla pod. Saya orang awam, bukan fotografer, jadi carinya yang murah meriah saja, yang penting hasil jepretan dan syutingannya lebih baik dari ponsel saya. Canon IXUS 185 memiliki resolusi 20 MP, dan 8x zoom optik (digitalnya sampai 16x). Lumayanlah.

Canon IXUS 185 setelah rawat inap di service center Datascrip

Setelah dipakai beberapa kali, saya menikmati kamera ini. Ada beragam efek lensa, seperti fish-eye, miniatur, mainan, monokrom, supervivid, poster, firework, dan long shutter (buat kondisi gelap). Dan yang tak kalah penting, fitur Digital Image Stabilizer (IS) kamera poket ini membuat foto-foto minim goyangan, tidak kabur. Bidikan-bidikan anak saya yang masih 5 tahun jadi mirip jepretan tangan-tangan dewasa.

Yang saya sukai, tombol kamera dan perekaman video Canon IXUS 185 ada di keypad, bukan di layar. Jadi mau switch dari foto ke video bisa cepat. Sangat membantu buat saya yang masih galau antara memotret (sebagai bloger) atau menyuting (sebagai vloger).

Kamera audio visualnya pun cukup andal. Suaranya lumayan jernih. Meski rasanya gambar yang dihasilkan kurang tajam. Jika Anda mau melihat bagaimana kualitas gambar videonya, silakan mampir ke Kanal Homerie. Sejauh ini, kami menggunakan Canon IXUS 185 untuk kepentingan vlogging.

Kekurangan lain, lensa ini tidak bagus untuk fotografi mikro. Justru kamera ponsel saya yang lebih bisa diandalkan. Jadi, sewaktu kami membuat video amatir tentang perburuan laba-laba untuk Homerie, justru Canon IXUS 185 kurang berperan.

Namun secara umum, si IXUS lebih andal dari kamera poket saya sebelumnya: Fuji Finepix AV110.

Canon IXUS 185 Terciprat Air… Langsung Mati :'(

Syahdan, datanglah bencana itu. Ketika kami berlibur di Yogyakarta, Kalyana, resort tempat kami menginap ternyata ada kolamnya. Seperti biasa, Kiara langsung minta berenang.

Kami tidak membawa pakaian renang. Udara dan air di sana pun agak dingin. Maklum, Kalyana Resort terletak di Kaliurang KM 22, hitungannya sudah dataran tinggi. Kolamnya bukan kolam air hangat pula! Tentu saja, saya malas berenang, apalagi hari itu sudah waktunya check-out. Bisa-bisa, kami harus membawa pakaian-pakaian basah!

Namun anak bungsu saya yang masih 1,5 tahun, Akira, membuat saya berubah pikiran. Setiap saya tanya, “Kira mau renang?” Dia mengangguk-angguk tegas dan lucu. Ini bikin saya terpingkal-pingkal dan tak tega untuk tidak meluluskan harapannya. Saya akhirnya mencebur menemani mereka berdua.

Keputusan yang kelak saya sesali.

Sial!

Bukan, bukan karena saat mbolang harus membawa baju-baju dan celana-celana yang masih basah yang tentu lebih berat. Namun saat berenang, kenapa saya sok-sokan ingin memotret Akira dari tengah kolam. Saat dia mau jatuh, refleks saya menolongnya supaya tidak tenggelam. Kamera Canon IXUS 185 pun harus terciprat air akibat pergerakan cepat itu.

Meskipun tempias air kaporit itu hanya sedikit, tetapi sukses membuat kamera baru tersebut “tewas” seketika.

Baterai segera saya cabut. Saya sahut handuk dan bagian-bagian apa saja yang bisa saya handuki, saya keringkan dengan handuk. Setelah semua terlihat kering, lantaran panik, saya segera menyalakannya lagi untuk melihat apakah kamera sudah baik-baik saja. LCD tampak putih berkabut. Saya coba jepret, memang hasilnya putih. Bahkan saya lihat di laptop pun tetap tampak efek kabut tebalnya.

Saya langsung meramban untuk mencari tahu langkah-langkah taktis mengatasi kasus kamera seperti ini. Juga, bertanya-tanya teman di Instagram dan Facebook.

Sayang, tidak ada jawaban yang optimistis. Ada saran dikeringkan jeroannya pakai hairdryer. Kebetulan, di kamar hotel ada hairdryer, jadi langsung saya gunakan. Saya on-kan lagi. Hasilnya? Tetap buram dan berkabut.

Ada pula saran, kamera perlu dieram di beras selama seminggu. Karena beras bisa menjaga kelembapan kamera yang baru saja terkena air. Tip ini yang mustahil saya praktikkan, karena saya sedang menjadi musafir. Mau ditimbun di karung beras yang mana, coba?

Pasrah! Liburan di Yogyakarta pun kami lanjutkan dengan kamera ponsel yang tentu saja spek dan hasilnya di bawah Canon IXUS 185.

Yang jelas, saya telah melakukan tindakan bodoh dengan meng-on/off-kan kamera. Karena itu bisa mengakibatkan sistem elektronik di kamera korslet dan keadaan semakin parah. Jangan ditiru, ya, kalau kamera tertimpa kecelakaan terciprat atau tercebur air!

Care Center Canon IXUS 185 di Surabaya

Beruntung, kamera itu masih dalam masa garansi. Jadi sepulangnya di Surabaya, segera saya bawa ke tempat servis resminya. Alamatnya di:

Datascrip Service Center
Kompleks Ruko Icon 21 nomor R-37
Jl. Ir. Soekarno (MERR) Surabaya
Telepon (031) 99005110/09

Pertama resepsionis mengecek, dia langsung bisa melihat ada genangan air di lensanya. Diagnosanya, “Ini kemasukan air, Pak.” Namun lantaran bukan ranahnya, dia kurang percaya diri untuk melanjutkan vonisnya, jadi cuma bilang, “Biar teknisi kami yang memeriksa dengan saksama. Nanti, kalau ditemukan tanda-tanda kesalahan pengguna, mohon maaf, garansinya tidak berlaku.”

Saya mengangguk pasrah. Kemungkinan ini sudah saya ramalkan sebelumnya. Saya cuma penasaran, “Kok bisa seringkih itu, ya, Canon ini? Padahal, kan, kecipratannya cuma sedikit?”

“Semua barang elektronik, kan, memang begitu, Pak,” jawab customer service itu. “Wong yang diklaim ‘antiair’ saja ada syarat dan ketentuan berlaku, kok, tidak seratus persen kebal air. Apalagi yang tidak ada klaim apa-apa seperti Canon IXUS 185 ini.”

Akhirnya, tanpa berdebat panjang-panjang, saya klaimkan unit kamera tersebut. Tanpa berharap apa-apa.

Lusanya, Datascrip menelepon. Katanya ditemukan indikator keteledoran pengguna (yang tentu tidak saya sangkal), dan solusinya adalah penggantian lensa.

Jasa penggantiannya gratis, karena masih dalam masa garansi. Sedangkan harga lensa barunya Rp550.000 (termasuk PPN) tidak terkaver garansi. Wow, itu separuh harga belinya! Tentu saja opsi tersebut tidak menarik bagi saya. Lagi pula, lensa itu harus inden seminggu, karena tidak tersedia di gudang Surabaya.

Solusi kedua, tukar tambah. Canon IXUS 185 baru harganya 1.200.000 (yang ini tanpa bonus Gorilla Pod). Kalau tukar tambah, “Bapak cuma bayar 1.100.000.” Sialan, berarti kamera saya dihargai cuma 100.000. Ini solusi yang lebih tidak menarik lagi! “Tapi Bapak dapat garansi 1 tahun penuh lagi.”

Sama saja, Mbak. Angka 1,1 jutanya itu yang bikin tidak menarik, hahaha…. “Cancel saja, Mbak,” putus saya.

Ternyata, Canon IXUS 185 Sembuh Sendiri

Sebenarnya, ada bagian dari diri saya yang masih berharap waktulah yang akan memulihkan kabut di lensa kamera saya. Karena faktanya, dari hari ke hari, kabut itu memang berkurang. Lensa pun semakin jernih.

Cepat atau lambat, air pasti menguap. Demikian pula genangan di lensa Canon IXUS 185 saya. Ketika akhirnya air itu benar-benar kering, lensa pun kembali bening. Kalau dipikir-pikir, bukankah itu tujuan kamera ditimbun beras atau di-blow dengan hairdryer? Yaitu untuk mengeringkan bagian-bagian di kamera yang masih basah!

Jadi, setelah ditelepon Service Center, saya tidak langsung menjemputnya. Saya berpendapat, kamera akan tersimpan dengan baik di tempat servis itu. Karena di sana ada AC.

Kita tahu, AC memang dingin, tetapi memiliki kemampuan mengeringkan embun atau air. Kita saja kalau terlalu lama berada di ruang ber-AC disarankan banyak-banyak minum agar tidak dehidrasi, kan? Kita saja kalau habis kehujanan terus masuk ruang ber-AC, lama-lama pakaian kering sendiri, kan? Meski harus menahan gigil.

Seminggu setelah ditelepon, baru saya jemput kamera itu.

Ternyata, teori asal-asalan saya benar. Kamera Canon IXUS 185 saya sudah jernih lensanya. Memang, masih ada jejak blur atau kabut putih di bagian kanannya (semoga ini bukan cacat selamanya). Perhatikan gambar perbandingan hasil pengambilan gambar di bawah ini.

Perbandingan hasil jepretan Canon IXUS 185 sesaat setelah terkena air dan dua minggu setelahnya

Alhamdulillah. Tanpa mengeluarkan Rp550.000 untuk pasang lensa baru atau Rp1.100.000 untuk tukar tambah, kamera Canon IXUS 185 siap action lagi! Hanya bermodal sabar (tidak menggunakannya selama sekitar dua pekan), tenang, dan doa. Sama seperti sakit hati akibat ditolak mantan, ternyata waktu jugalah yang akan menyembuhkan… 🙂

By Brahmanto Anindito

Penulis multimedia: buku, film, profil perusahaan, gim, podcast, dll. Bloger. Novelis thriller. Pendiri Warung Fiksi. Juga seorang suami dan ayah.

6 replies on “Canon IXUS 185: Mati oleh Air, Hidup Lagi oleh Waktu”

Kasus sama dengan hp LG K10 saya pak..
Tercebur di air

Baterai saya cabut. Kartu2 memori dan sim saya keluarkan..
Saya biarkan seharian.
Next,
Ktika d nyalakan, hp hidup lagi.
Speaker agak sember, dan kamera mati total.

Speaker saya anginkan pake kompresor pabrik,alhamdulillah suara normal

Kamera tetep matot, saya g brani bongkar. Karna libur lebaran service center tutup.. Akhirnya saya biarkan

Ketika selang 7 hari, ternyata kamera normal sendiri.. Mungkin air di kamera telah kering.

Hehehe.
Kuncinya jangan panik.. ?
Beda barang sama masalah.
Maaf spam pak,informasi bapak sgt membantu

Kasus yang sama hampir terjadi pada kamera saya, kamera nya masih bisa dinyalakan tapi lensanya macet gak bisa keluar jadi saya pasrahkan :’

Leave a Reply to Brahmanto Anindito Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Maaf, tidak bisa begitu

Index