Setiap usai menyelesaikan proyek penulisan tertentu, Warung Fiksi mempunyai tradisi berekreasi bersama. Tak perlu jauh-jauh, paling banter lintas dua provinsi. Yang penting, suasananya baru. Kali ini, bahkan cukup di Surabaya.
Perjalanan ke tempat lain bisa menenangkan, menghibur, atau setidaknya memercikkan ide-ide di otak
Setiap usai menyelesaikan proyek penulisan tertentu, Warung Fiksi mempunyai tradisi berekreasi bersama. Tak perlu jauh-jauh, paling banter lintas dua provinsi. Yang penting, suasananya baru. Kali ini, bahkan cukup di Surabaya.
Sejak SMP, saya selalu tertarik hal-hal yang berkaitan dengan para pendahulu manusia. Siapa mereka? Siapa puncak rantai makanan sebelum hadir spesies yang pintar merekayasa seperti kita? Bagaimana rupa para penguasa bumi sebelum kita itu? Bagaimana kehidupan sosial mereka? Mengapa spesies mereka tidak bertahan hingga hari ini? Pokoknya, banyak sekali pertanyaan yang ada di otak saya.
Berawal dari kejenuhan dan prinsip “mumpung belum ada kerjaan besar”, saya mengajak keluarga jalan-jalan ke museum ini. Tahu ada Museum Surabaya sebenarnya dari newsfeed di Facebook. Banyak teman yang memposting pembukaannya oleh Wali Kota Ir. Tri Rismaharini pada 3 Mei 2015 kemarin. Saya penasaran juga.