Ketika merancang sebuah bangunan cerita panjang, novel salah satunya, saya selalu membuat kerangka, outline, atau mindmap dulu. Bukan cuma untuk alurnya, melainkan juga tokohnya. Begitu pula tokoh-tokoh dalam Tiga Sandera Terakhir. Saya menuangkan ciri fisik, latar belakang, dan kepribadian mereka dulu dalam sebuah kertas. Nah, sebenarnya, kertas itu hendak saya simpan sendiri. Tapi, karena blog ini sudah lama tidak terisi, ya sudahlah, saya taruh sini saja supaya kesannya ada postingan baru. Hehehe….
Sekadar informasi bagi Anda yang belum tahu, Tiga Sandera Terakhir adalah sebuah novel thriller-militer. Ini merupakan novel keempat saya. Dan berikut ini rancangan tokoh-tokoh utamanya dalam urutan alfabet:
Kresna Sonar
Laki-laki asal Bandung, usia 39 tahun. Seorang pemburu. Seorang pengguna, kolektor, sekaligus pengrajin senjata-senjata tajam. Sebagai seorang anggota Wanadri yang sekaligus lulusan Teknik Geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Nusa sering memintanya untuk memberikan pembekalan navigasi dan survival bagi anggota batalyonnya. Kresna adalah orang sipil, tapi hela-hembus napasnya sudah seirama dengan para serdadu.
Larung Nusa
Laki-laki asal Jakarta, usia 38 tahun. Komandan Satuan-81 Penanggulangan Teror, Komando Pasukan Khusus (Dansat Gultor Kopassus). Tubuhnya tegap berwibawa. Namun pipinya sedikit cembung, wajahnya pun baby face. Membuat penampilannya terasa kurang gahar untuk ukuran tentara lapangan. Statusnya sebagai menantu Menteri Pertahanan pun menyebabkan dirinya dituduh sana-sini sebagai perwira karbitan. Di titik itulah, Nusa ingin membuktikan kapasitas dirinya sebagai prajurit tempur yang sejati.
Nona Gwijangge
Perempuan asal Wamena, usia 35 tahun. Penghubung tak resmi antara atasan Nusa, Mayjen Abassia, dan pasukan hantu. Sejak remaja sampai berumur 33 tahun, dia bergabung dengan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM). Hutan belantara dan masyarakat yang keras di sekitarnya telah menempanya menjadi seorang femme fatale. Selain keras, Nona juga cerdik dan cerdas. Dia bahkan berhasil menuntaskan program reguler S-1 Managemen di Universitas Cenderawasih (Uncen), tanpa terendus sebagai anggota OPM.
Tafiaro Wenda
Laki-laki asal Jayapura, usia 26 tahun. Eks anggota Satuan Bravo 90. Sat Bravo adalah pasukan elite dari Korpaskhas (Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara). Tafiaro diberhentikan dengan tidak hormat dari pangkat Pelda (Pembantu Letnan Dua) setelah kedapatan menyimpan heroin di lokernya. Karena alasan itu, dia memendam kekecewaan terhadap Ibu Pertiwi. Sekarang, mantan penyandang baret jingga itu mengais rezeki dengan menjadi satpam di toko emas sekitar Pasar Youtefa, Jayapura.
Thomas Enkaeri
Laki-laki asal Papua Nugini, usia 41 tahun. Tingginya 160 cm, tubuhnya gempal. Kulitnya legam seperti lazimnya orang Papua, namun wajahnya licin, tanpa kumis, tanpa brewok. Rasnya Melanesia, tapi matanya sedikit sipit. Ini karena kakeknya seorang kempetai Jepang dan neneknya asli penduduk Biak. Enkaeri adalah seorang ahli tempur dan strategi, sekaligus jawara pertarungan tangan kosong. Citarasa seni orang ini cenderung mengerikan.
Witir Femmilio
Laki-laki asal Surabaya, usia 27 tahun. Eks personel Denjaka (Detasemen Jala Mangkara). Detasemen ini merupakan gabungan dari personel Kopaska (Komando Pasukan Katak) dan Taifib (Batalyon Intai Amfibi) dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Namun, tindakan indisiplinernya membuat Witir harus memilih: pangkatnya dilorot dan dicopot dari keanggotaan Denjaka, atau mengundurkan diri. Akhirnya, Witir memilih mengundurkan diri dan sekarang bekerja sebagai instruktur fitnes di Jayapura. Dia juga memanjangkan rambut untuk melupakan masa lalunya.
Penasaran dengan bagaimana peran masing-masing karakter di atas dalam novel thriller ini? Protagoniskah atau antagoniskah? Sebaiknya, Anda membeli dan membacanya sendiri 🙂 Jika Anda tidak yakin novel ini sesuai selera Anda, silakan mengunjungi microsite-nya dulu. Di sana, ada bab pertamanya, pendapat orang-orang tentang novel ini, dan keterangan-keterangan lainnya.
2 replies on “Latar Belakang Tokoh-tokoh Kunci Tiga Sandera Terakhir”
Keren… Menunggu novel-novel lainnya. (Btw, saya mohon dibantu membuat novel juga… Hehehe)
Mochamad Yusuf recently posted..Resensi Buku: Buku yang Tidak Biasa Dari John Grisham
Siiip…
Bikin novel itu cuma butuh bertapa dulu, Pak. Hehehe….
Brahm recently posted..Sekilas Info: Novel Tiga Sandera Terakhir Disebar Gratis!