Categories
keluarga

Kiara 5: Merasakan Getirnya Air Kolam Renang

Sebagai balita, Kiara tentu tidak asing dengan air. Beberapa kali, dia mandi di bak besar. Beberapa kali pula, dia kehujanan saat kami berjalan-jalan sore. Tapi bersentuhan dengan air di kolam renang memang jarang. Padahal, kolam mengajarkan banyak filosofi tentang kehidupan (halah!). Berikut ini dokumentasi kami.

Bersenang-senang di kolam Lembur Kuring, Cipanas

Kolam Puncak Darajat Waterboom & Hotspring, Garut (31 Agustus 2013)

  • Alamat: Jalan Puncak Darajat KM 25, Pasir Wangi, Samarang, Garut, Jawa Barat
  • Telepon: 081313031114
  • HTM saat itu: Rp23.000

Inilah perjumpaan pertama Kiara dengan kolam renang. Sore itu, saat kami menginap di rumah uanya (pakdenya), Kiara diajak ke Puncak Darajat. Kami iyakan saja tawaran itu. Siapa tahu, Kiara senang di sana.

Kolam Puncak Darajat, ramai saat weekend

Namanya Puncak, pasti dingin. Tapi kakak ipar saya berkali-kali meyakinkan bahwa ini kolam air panas, jadi takkan terasa dingin begitu mencebur. Saya mengangguk-angguk saja. Sampai saya membuka pintu mobil di area parkir. Brrrr…. Serasa masuk ruangan server komputer yang ber-AC maksimal.

Entah bagaimana dengan Kiara. Merasa terganggukah dengan udara sedingin ini? Dia masih diam, dengan bola mata yang ke sana kemari penuh rasa penasaran. Umurnya masih 10 bulan, waktu itu. Belum bisa mengutarakan pendapat dan perasaannya. Jadi, kami hanya bisa menduga-duga, dia suka atau tidak terhadap tempat baru ini.

Kiara bersama bude dan saudaranya

Untungnya, Kiara tidak berontak atau menolak ketika dilepas dari gendongan bundanya dan diserahkan ke budenya yang jago berenang. Kami sendiri memutuskan tidak ikut mencebur, karena dari Surabaya, memang kami tidak membawa pakaian renang.

Dari ekspresinya, Kiara sepertinya tidak terlalu menikmati momen perdananya ini. Entah itu lantaran suasananya yang ramai (hari itu Sabtu), udaranya yang terlalu sejuk, atau kabut yang lumayan pekat. Yang penting, Kiara tidak sampai menangis.

Pengalaman pertama di kolam renang, wajahnya tidak terlalu gembira

Hanya sekitar tujuh menit, Kiara di kolam itu. Bundanya khawatir, dia akan masuk angin. Lagipula, sudah menjelang magrib. Sayang sekali, padahal lumayan lengkap wahana permainan air di sana. Sayang sekali karena waktunya mepet, kami tidak membawa baju renang, dan Kiara masih terlalu kecil untuk menikmati wahana-wahana tersebut.

Kolam Hotel Pandanaran, Semarang (8-10 Mei 2014)

  • Alamat: Jalan Pandanaran 58, Semarang, Jawa Tengah
  • Telepon: (024) 8452952
  • HTM saat itu: gratis untuk tamu hotel

Sewaktu memutuskan berlibur ke kota lunpia ini, sengaja kami memilih hotel yang memiliki fasilitas kolam renang di Semarang. Supaya Kiara yang sudah berusia 1 tahun, sekali lagi, ada kesempatan menjajal kolam renang.

Semarang tentu berbeda dengan Puncak Garut. Udaranya lebih mirip Surabaya. Terik mencekik ketika siang. Tapi beranjak sore, suhu menghangat nikmat. Makanya, kami selalu memilih nyebur antara pukul 16-17.

Hotel Pandanaran: Kolam kecil yang bersih, tenang, dan menyenangkan

Pertama masuk kolam, Kiara berteriak-teriak. Bukannya takut atau trauma, dia malah tertawa-tawa norak. Kami malu juga, terus terang. Tapi gembira, sebab ternyata Kiara bisa menikmati kolam itu.

Bahkan tidak cuma kami yang senang, beberapa tamu hotel yang kebetulan berenang di sana pun memuji Kiara. “Wah, si kecil suka, ya. Anak saya, di kamar sana, tadi pas diajak nyebur malah nangis. Takut, katanya,” aku seorang ibu.

Ya, Kiara memang suka. Hampir setengah jam, dia di kolam itu dan menolak keluar. Kiara masih betah saja meski bolak-balik harus menelan air kaporit yang getir. Dan setelah acara main airnya benar-benar selesai, dia menggigil hebat. Menggigil dengan wajah semringah! Kami segera membawanya ke kamar untuk memandikannya dengan air hangat, lalu menyusuinya. Dia pun tertidur pulas hingga magrib.

Besok-besoknya, Kiara tidak seantusias itu lagi di kolam Pandanaran. Wajahnya tetap terlihat gembira berkecipak-kecipuk di antara air yang berlimpah ruah. Hanya, tidak seheboh hari pertama. Kiara memang tipikal anak yang mudah bosan. Seperti saya, barangkali.

Kolam Lembur Kuring, Cipanas, Garut (14 Juni 2015)

  • Alamat: Jalan Cipanas, Garut, Jawa Barat
  • Telepon: (0262) 239471
  • HTM saat itu: Rp10.000

Kurang-lebih, baru setahun berikutnya, Kiara mencicipi kembali pahitnya air kolam renang. Kembali bersama saudara-saudaranya di Jawa Barat. Kembali lagi ke Garut. Tapi bukan di Puncak. Udara di sini tidak sedingin itu. Ditambah lagi, karena macet, kami tiba di kolam pukul 11. Saya yang takut belang-belang terpanggang sinar matahari, akhirnya memutuskan berenang mengenakan kaos saja.

Kolam renang Lembur Kuring Cipanas yang panas

Yang terpenting, Kiara senang sekali. Bahkan ketika ditanyai oleh ua yang “ditakutinya” apa dia mau nyebur, tanpa sungkan Kiara menjawab, “Iya! Sama yayah!”

Ayo, ambil bolanya, Kiara....

Tumben, saya jadi pilihan pertamanya. Biasanya, bunda, bunda, bunda, setelah itu baru yayah. Ini mungkin karena sebelumnya, istri saya mewanti-wanti, “Bunda nggak nyebur, lho. Yang bisa renang yayah. Sama yayah, dong!”

Bersenda gurau bersama saudaranya di Garut

Walaupun akhirnya, istri saya nyemplung juga, lalu gantian bermain-main dengan Kiara dan saudara-saudaranya. Mungkin karena faktor banyak teman sepantaran, Kiara jadi betah berlama-lama di kolam yang, menurut saya, tidak nyaman karena panas itu. Hampir satu jam! Saya sendiri cukup 15 menit. Takut kulit semakin gosong.

Mana bisa mengambang kalau tangan dan kakinya diam saja, Kiara

Oh ya, di sini, kami baru tahu bahwa Kiara tidak betah naik ban pelampung. Dia lebih suka dipegangi ayah atau bundanya, atau berjalan sendiri di air.

Kolam Hotel Dinasty Smart, Solo (18-20 Agustus 2015)

  • Alamat: Jalan MT Haryono 80, Gondang Manahan, Surakarta
  • Telepon: (0271) 718000
  • HTM saat itu: gratis untuk tamu hotel

Kami kembali mendapatkan hotel berkolam renang di Surakarta. Kolamnya lebih kecil dari yang di Pandanaran. Tapi lumayan. Bagi saya, kolam ini sudah cukup untuk berolahraga. Bagi Kiara, cukup untuk bersenang-senang.

Kami berenang dua kali selama menginap di hotel ini. Hari pertama, airnya hijau seperti rawa. Di dasar kolam, pasir-pasir berserakan, mungkin itu serpihan tawas atau kaporit. Permukaan air pun kotor. Saat saya mengomplain hal ini, staf hotelnya hanya bilang, “Memang sedang dibersihkan, Pak. Besok pasti sudah normal.”

Benar saja, di hari kedua, kolam menjadi lebih bersih. Warnanya menjadi biru dan lebih bening.

Kolam renang di Hotel Dinasty Smart Solo

Seperti biasa, Kiara tidak peduli semua itu. Dia hanya tertarik pada air yang berlimpah, apalagi ada air mancurnya. Walaupun kami di sana juga tak terlalu lama. Masing-masingnya cuma setengah jam.

Kolam renang Hotel Dinasty Smart tidak eksklusif, karena terletak di depan restoran dan ruang-ruang staf. Jadi, terus terang, kami kurang nyaman. Mana tak ada tamu lain yang ikut berenang, pula!

Kolam Atlas Sport Club, Surabaya (27 Oktober 2015)

  • Alamat: Jalan Dharma Husada Indah Barat III/64-66, Surabaya, Jawa Timur
  • Telepon: (031) 5961313
  • HTM saat itu: Rp40.000

Ini hadiah untuk ulang tahun Kiara yang ketiga. Sebelumnya, kami memintanya memilih, “Kadonya kebab atau renang?” Kiara memilih renang (maksud sebenarnya tentu main air). Saya ulangi, “Renang atau kebab?” Dia konsisten menjawab renang. Saya sebenarnya berharap dia memilih kebab, lantaran lebih murah. Tapi, takkan ada cerita menarik seandainya dia memilih kebab, bukan?

Pertama menyentuh air kolam indoor Atlas, brrrrr...

Tempat renang yang bagus di Surabaya setahu saya adalah Atlas Sport Club. Tapi sejak dulu, harganya mahal, meskipun pada hari kerja (weekday). Apalagi di sana, anak-anak yang tingginya di atas 80 cm dihitung sebagai dewasa. Kiara sudah masuk kategori itu, jadi terkena tarif dewasa.

Atlas Sport Club menggabungkan konsep pusat kebugaran, kolam renang, dan galeri alat-alat olahraga. Ada tiga kolam di sana: umum (semi indoor), permainan ala waterpark (outdoor), dan kolam anak (indoor). Melihat kolam-kolamnya sangat luas dan bagus, Kiara pun girang dan tak sabar segera nyemplung.

Desain Atlas Sport Club memang keren, pantas tiketnya mahal

Kami memilih kolam anak-anak. Kedalamannya bervariasi, ada yang seperut Kiara, sedada, dan sejengkal di atas kepalanya. Kami menjajaki semuanya. Tentu saja, pas di bagian terdalam, saya menggendongnya. Tapi, supaya menantang, kami cenderung mengajaknya bermain di kolam berkedalaman sedadanya.

Kiara sempat tersandung di sana. Dia jatuh tertelungkup dan, mau tak mau, tenggelam. Saat itu, bundanya belum mencebur. Saya sendiri berjarak dua meter, jadi tidak bisa langsung menolongnya.

Saatnya, Kiara dilepas, biar menjaga keseimbangan sendiri

Saya tak terlalu panik melihat peristiwa itu. Sebab dalam benak saya, kalau memang suka air, cepat atau lambat, Kiara pasti mengalami hal ini. Insya Allah, instingnya otomatis akan menuntunnya menahan napas dalam air. Bayi di kover album Nevermind-nya Nirvana saja bisa, kenapa seorang balita seperti Kiara tidak? Hehehe….

Bagaimanapun, tentu saja, Kiara tidak sependapat dengan saya. Begitu saya tolong, wajahnya seperti mau menangis. Dadanya kembang-kempis berusaha mengatur napas. Dia mencengkeram saat saya gendong, tak mau dilepas. Ketika saya ajak, “Ayo renang lagi,” dia menggeleng.

Kiara berdiri dan berjalan sendiri

Baru sekira lima menit kemudian, Kiara kembali mau berjalan-jalan dan bermain-main di air. Bahkan, sampai kulit telapak tangannya keriput dan menggigil. Ini rasanya déjà vu. Kami perlu waktu lama untuk merayunya agar menyudahi sesi berenangnya. Saya hitung, satu jam lebih dia di kolam Atlas.

Kiara sepertinya begitu menikmati setiap kali berada di kolam renang. Apakah ini artinya potensinya di sini? Masih terlalu dini untuk menyimpulkan.

Istirahat dulu....

Jika Kiara benar-benar menyukai olahraga ini, biarlah dia memperdalamnya sendiri nanti. Dan bila ternyata tidak suka (cuma suka main-mainnya), setidaknya dia akan seperti saya, sekadar bisa berenang. Tak mengapa.

Foto-foto oleh Brahmanto

By Brahmanto Anindito

Penulis multimedia: buku, film, profil perusahaan, gim, podcast, dll. Bloger. Novelis thriller. Pendiri Warung Fiksi. Juga seorang suami dan ayah.

One reply on “Kiara 5: Merasakan Getirnya Air Kolam Renang”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Maaf, tidak bisa begitu

Index